6 September 2010

Kenali Modus Kejahatan Saat Mudik Lebaran


VIVAnews - Alimin (37) asal Cilacap, Jawa Tengah, baru sadarkan diri setelah lebih dari enam jam. Seluruh badannya lemas, pikirannya linglung, dan tak tahu apa yang sebenarnya menimpa dirinya.

Setelah satu jam menjalani perawatan di Puskemas Tebet, Jakarta Selatan, Alimin baru sadar, dirinya telah menjadi korban kejahatan jenis pembiusan. Dia terakhir kali bertemu dengan tiga pria di Bandara Soekarno Hatta saat turun dari pesawat jurusan Pekan Baru.


Ketiga pria itu mengaku satu kampung dengan Alimin dan mengajaknya mudik bersama. Tawaran baik dari orang yang mengaku masih satu kampung membuatnya cepat yakin.

Bahkan saat ketiga pria tersebut menawaarkan minuman jenis jamu kepada Alimin, dia lantas langsung percaya saja.

"Alasannya untuk menjaga stamina, karena perjalanan jauh," ujar Alimin yang baru sadar kalau dirinya sudah menjadi korban pembiusan.

Malam tadi, seorang wanita bernama Kurniasih, menjadi korban jenis pembiusan di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Kurniasih sempat menerima makanan sesaat setelah masuk bus. Seluruh barang bawaannya hilang dibawa pelaku.

Aksi kejahatan dengan modus pembiusan selalu marak saat musim mudik Lebaran. Jenis dan caranya juga terus berkembang setiap tahun.

Mulai menggunaan air mineral, minuman soda, jamu, kopi, dan cara lain yang sifatnya lebih kasar. Kejahatan ini terus mengincar para korbannya yang melakukan perjalanan seorang diri. Terminal, Stasiun, bahkan kini telah merebak hingga kawasan Bandara Soekarno Hatta.

Dengan berbagai cara para pelaku akan berusaha mendekati calon korbannya dan berbincang panjang lebar. Saat korban mulai nyaman dan percaya, biasanya pelaku mulai melancarkan aksi mereka.

Biasa, pelaku pembiusan menggunakan obat tidur dalam jumlah banyak untuk melumpuhkan korbannya. Itulah sebabnya, minuman yang dicampurkan juga lebih sering dalam bentuk jamu, atau kopi, agar rasa pahit obat tidur itu samar.

Tapi kini ada modus baru pembiusan, pelaku berpura-pura sebagai penjual parfum. Biasa pelaku memaksa korban untuk mencium parfum yang sebetulnya adalah obat bius. Pelaku kejahatan jenis ini biasanya memilih tempat yang lebih sepi untuk melumpuhkan korbannya.

Selain pembiusan, ada juga hipnotis yang kerap menimpa para pemudik. Kejahatan yang terjadi dengan cara yang relatif lembut juga mengincar mereka yang bepergian seorang diri.

Tetapi, pelaku biasanya lebih selektif memilih korbannya. Mereka akan memilih korban yang keadaan emosionalnya tidak stabil atau terlihat banyak melamun. Kondisi jiwa yang labil akan memudahkan pelaku untuk melancarkan aksinya.

Pada mudik Lebaran, pencopetan dan penipuan juga perlu dihindari. Meski cara lama ini sudah mulai ditinggalkan, tapi bila tidak waspada, kejahatan ini bisa menimpa kita.

Kemudian bagi masyarakat yang meninggalkan rumah dalam kosong untuk pulang kampung juga perlu waspada. Pastikan Anda meninggalkan rumah dalam keadaan terkunci. Pencurian rumah kosong juga dilakukan kawanan pelaku kejahatan.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Boy Rafli Amar, mengimbau warga, khususnya pemudik, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi kejahatan bermodus hipnotis dan bius.

Pastikan anda tidak menerima makanan atau minuman dari orang yang baru dikenal. Juga jangan meladeni pembicaraan secara panjang lebar dari orang lain yang tidak Anda percaya.

Selain itu, bawalah uang secukupnya saat mudik, dan tidak menggunakan barang yang mencolok yang dapat memancing para pelaku kejahatan.

"Jangan mudah menerima makanan dan minuman dari orang yang belum kita kenal," ujarnya, Selasa 7 September 2010.

Penyebaran uang palsu saat Lebaran kini juga menjadi perhatian khusus bagi polisi. Meski jumlahnya sangat sedikit, tapi hal ini juga dapat merugikan masyarakat.(ywn)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Free Music Online Free Music Online